Inspired by Borobudur Relief, Young Men Make Masks of Traditional Cloth

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh😊

Bismillahirrahmanirrahim

YOGYAKARTA, – The show of Mask of Traditional Cloth which took place online went lively and provided a lot of inspiration for viewers who enjoyed it through YouTube channel, Instagram Live, and Facebook Live of Kita Muda Kreatif. For one hour and 30 minutes, they displayed clothes and masks based on local wisdom.

The main parts of this show are traditional clothing and mask of  cloth made by participants in the Wear Masks of Traditional Cloth (Pakai Masker Kain Tradisional). The campaign is part of Creative Youth at Indonesian Heritage Sites run by UNESCO Jakarta and Citi Indonesia, with support from the Citi Foundation.

Director and Representative of UNESCO, Prof. Shahbaz Khan in an online broadcast revealed that the Covid-19 pandemic presents a big challenge for all in all sectors of life. At the same time, it also provides an opportunity to think differently and stay tough. As soon as the ban on public movement and mass gathering was announced in Indonesia, UNESCO immediately changed the form of workshops from live meetings in classrooms to online, utilizing social media platforms.

“ This allows us to keep in touch with our young entrepreneurs more frequently. The Use Traditional Cloth Masks campaign is one of the results of our online training, ” said Shahbaz Khan.

New innovation

Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia, Puni Ayu Tunjungsari, explained that the innovation of making masks from traditional fabrics is a new breakthrough so that young entrepreneurs in the creative sector can continue to run the family economy. The masks of traditional cloth displayed by more than 50 participants in the Wear Masks of Traditional Cloth (Pakai Masker Kain Tradisional) are very unique and contain interesting cultural messages.

For example, masks of traditional cloth by a young entrepreneur from Borobudur, Central Java, namely Putri Mara Widyastuti from Wringin Putih Village from Putri Batik, who raised a theme of the charm of natural colors using ecoprint cloth as a mask material with the dominance of ash from sapodilla leaves.

Other works of participant from Borobudur, Sisca Wahyanti from Borobudur Village, who got inspiration from the reliefs at Borobudur Temple, include the Wayang Jataka motif. The masks are inspired by stories from the reliefs of Borobudur Temple on the east side of the third floor of the hall with one balustrade over the H field, panels 10-12. The stories full of messages of virtue from the reliefs are lifted and poured in masks with a black and brown color combination.

Three young people from Klaten, namely Sri Lestari from the Danke group, made Parang Lurik mask, which is batik parang juxtaposed with lurik. There is also a mask with a bright and cheerful appearance with the theme of Indonesia’s 75th Anniversary of the work of Cori from Bayat, Klaten from Batik Cemethik, in the form of a mask made of written batik cloth with truntum motif combined with a map of the Indonesian archipelago, with a red and white base color.

From a combination of classic truntum batik motifs that symbolize genuine, timeless and unconditional love, to a map of the Indonesian Archipelago and red and white colors.

Still on the theme of independence, Rekna Indriyani from Bayat, Klaten from the Danke group made the work of Gurdo Mask in Indonesian which means Garuda. It symbolizes the hope for prosperity and courage, which is made more pronounced by the combination of red and white.

Yogyakarta features Muhammad Irsyad from Suwastra Batik who displays masks with Bunga Jasmine and Banji motifs. The Jasmine flower motif symbolizes cleanliness and purity. The Banji motif symbolizes cheapness of fortune and multiplying happiness. There is also Nungki from Kotagede carrying two contemporary batik mask motifs, namely the motif entitled Nyayogyakarta Hadiningrat and the Gurda motif.

Apart from Central Java and Jogjakarta, the batik cloth masks on display also came from the Lake Toba area with masks from the ulos cloth motif, from Kota Tua Jakarta with Batik Betawi Terogong, Bali featuring endek woven fabrics, as well as Bayan and Pringgasela. Lombok, NTB, featuring masks made of Lombok woven cloth. You can see these masks on the Instagram account @kitamudakreatif.

Terjemahannya

YOGYAKARTA, – Gelar Karya Masker Kain Tradisional yang berlangsung secara secara daring berjalan meriah dan banyak memberikan inspirasi bagi para pemirsa yang menikmati melalui kanal YouTube, Instagram Live, dan Facebook Live Kita Muda Kreatif. Selama satu jam 30 menit, mereka menampilan busana dan masker berbasis kearifan lokal.

Sajian utama kegiatan yakni busana dan masker kain tradisional karya para peserta kampanye Pakai Masker Kain Tradisional. Kampanye merupakan bagian dari Creative Youth at Indonesian Heritage Sites yang dijalankan oleh UNESCO Jakarta dan Citi Indonesia, dengan dukungan oleh Citi Foundation.

Direktur dan Perwakilan UNESCO, Prof Shahbaz Khan dalam siaran daring mengungkapkan pandemi Covid-19 memberikan tantangan besar bagi semua di segenap sektor kehidupan. Pada saat bersamaan, juga memberi kesempatan untuk berpikir secara berbeda dan tetap tangguh. Segera setelah larangan pergerakan publik dan mengumpulkan massa diumumkan di Indonesia, UNESCO segera mengubah bentuk kegiatan workshop dari pertemuan langsung di ruang kelas menjadi daring, memanfaatkan platform media sosial.

”Ini memungkinkan kami terus terhubung dengan para wirausaha muda kami dengan lebih sering. Kampanye Pakai Masker Kain Tradisional salah satu hasil pelatihan-pelatihan daring kami,” ujar Shahbaz Khan.

Terobosan Baru

Country Head of Corporate Affairs Citi Indonesia, Puni Ayu Tunjungsari menjelaskan inovasi membuat masker dari kain tradisional merupakan terobosan baru sehingga para wirausaha muda di sektor kreatif dapat tetap menjalankan roda ekonomi keluarga. Karya-karya masker kain tradisional yang ditampilkan lebih dari 50 peserta kampanye Pakai Masker Kain Tradisional sangat unik dan mengandung pesan-pesan budaya yang menarik.

Seperti misalnya masker-masker kain tradisional karya wirausaha muda dari Borobudur, Jawa Tengah, yaitu Putri Mara Widyastuti asal Desa Wringin Putih dari Putri Batik yang mengangkat tema pesona warna alam dengan menggunakan kain ecoprint sebagai bahan masker dengan dominasi warna abu dari daun sawo.

Karya lain dari peserta asal Borobudur, Sisca Wahyanti dari Desa Borobudur, yang mengambil inspirasi dari relief-relief di Candi Borobudur, antara lain motif Wayang Jataka. Maskernya terinspirasi cerita dari relief Candi Borobudur di sisi timur lantai tiga lorong satu pagar langkan atas bidang H, panil 10-12. Cerita-cerita penuh pesan kebajikan dari relief diangkat dan dituangkan dalam masker dengan kombinasi warna hitam dan coklat.

Tiga anak muda dari Klaten yaitu Sri Lestari dari kelompok Danke membuat karya masker Parang Lurik, yaitu batik parang yang disandingkan dengan lurik. Ada pula masker dengan tampilan cerah ceria dengan tema HUT ke-75 RI hasil karya Cori dari Bayat, Klaten dari Batik Cemethik, berupa masker dari kain batik tulis motif truntum dikombinasikan dengan gambar peta kepulauan Indonesia, dengan warna dasar merah dan putih.

Dari gabungan motif klasik batik truntum yang menyimbolkan cinta yang tulus abadi dan tanpa syarat, dengan peta Kepulauan Indonesia dan warna merah putih.

Masih dengan tema kemerdekaan, Rekna Indriyani dari Bayat, Klaten dari kelompok Danke membuat karya Masker Gurdo dalam bahasa Indonesia berarti Garuda. Ini melambangkan harapan untuk kemakmuran serta keberanian, semakin terasa maknanya dengan perpaduan warna merah dan putih.

Yogyakarta menampilkan Muhammad Irsyad dari Suwastra Batik yang menampilkan masker motif Bunga Melati dan Motif Banji. Motif Bunga Melati lambang kesucian dan kemurnian. Motif Banji melambangkan murah rejeki dan kebahagiaan berlipat ganda. Ada juga Nungki dari Kotagede mengusung dua motif masker batik kontemporer, yaitu motif yang diberi judul Nyayogyakarta Hadiningrat dan motif Gurda.

Selain dari Jawa Tengah dan Jogjakarta, masker-masker kain batik yang ditampilkan ada pula yang berasal dari kawasan Danau Toba dengan masker dari motif kain ulos, dari Kota Tua Jakarta dengan Batik Betawi Terogong, Bali yang menampilkan kain tenun endek, serta Bayan dan Pringgasela, Lombok, NTB, yang menampilkan masker dari kain tenun Lombok. Masker-masker tersebut dapat disaksikan di akun Instagram @kitamudakreatif.

——————————–

Itulah contoh news item text beserta artinya yang kami sajikan kali ini. Semoga kita semakin paham dengan materi ini sekaligus mendapat informasi baru dari artikel di atas. Apabila sobat ingin mempelajari lebih detail mengenai materi news item sobat bisa baca artikel di bawah ini.

News Item Text : Definition, Purposes, Generic Structures, Language Features
News Items Text (Complete Explanation)

Jika ada pertanyaan, kritik ataupun komentar silahkan tulis di kolom komentar. Sekian dan terima kasih.

Thank you for visiting our site. We were delighted to have you come to this site. I hope you enjoy this site and feel happy everytime. Don't forget to visit this site next time..

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.


*